Down
Syndrom (Down syndrome)
adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang
diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk
akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi
pembelahan. Kelainan genetik yang terjadi pada kromosom 21 pada berkas
q22 gen SLC5A3, yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup
khas.
Sindrom Down adalah suatu kumpulan gejala
akibat dari abnormalitas kromosom, biasanya kromosom 21, yang tidak berhasil
memisahkan diri selama meiosis sehingga terjadi individu dengan 47 kromosom. Sindrom ini
pertama kali diuraikan oleh Langdon Down pada tahun 1866.
Down Syndrom merupakan
kelainan kromosom autosomal yang paling banyak terjadi pada manusia.
Diperkirakan 20 % anak dengan down syndrom dilahirkan oleh ibu yang berusia
diatas 35 tahun. Synrom down merupakan cacat bawaan yang disebabkan oleh adanya
kelebiha kromosom x. Syndrom ini juga disebut Trisomy 21, karena 3 dari 21
kromosom menggantikan yang normal.95 % kasus syndrom down disebabkan oleh
kelebihan kromosom.
Kelainan bawaan sejak lahir yang terjadi pada 1
diantara 700 bayi. Mongolisma (Down’s Syndrome) ditandai oleh kelainan jiwa atau cacat
mental mulai dari yang sedang sampai berat. Tetapi hampir semua anak yang
menderita kelainan ini dapat belajar membaca dan merawat dirinya sendiri.
B.PENYEBAB
SINDROM DOWN
1. Non
Disjunction sewaktu osteogenesis ( Trisomi )
2.
Translokasi kromosom 21 dan 15
3.
Postzygotic non disjunction ( Mosaicism )
Faktor-faktor
yang berperan dalam terjadinya kelainan kromosom ( Kejadian Non Disjunctional ) adalah :
1. Genetik
Karena
menurut hasil penelitian epidemiologi mengatakan adanya peningkatan resiko
berulang bila dalam keluarga terdapat anak dengan syndrom down.
2. Radiasi
Ada sebagian
besar penelitian bahwa sekitar 30 % ibu yang melahirkan ank dengan syndrom down
pernah mengalami radiasi di daerah sebelum terjadi konsepsi.
3. Infeksi
Dan Kelainan Kehamilan
4. Autoimun
dan Kelainan Endokrin Pada ibu
Terutama
autoimun tiroid atau penyakit yang dikaitkan dengan tiroid.
5. Umur Ibu
Apabila umur
ibu diatas 35 tahun diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan
“non dijunction” pada kromosom. Perubahan endokrin seperti meningkatnya sekresi
androgen, menurunnya kadar hidroepiandrosteron, menurunnya konsentrasi
estradiolsistemik, perubahan konsentrasi reseptor hormon danpeningkatan kadar
LH dan FSH secara tiba-tiba sebelum dan selam menopause. Selain itu kelainan
kehamilan juga berpengaruh.
Angka
kejadian Down Syndrome dikaitkan dengan usia ibu saat kehamilan:
·
15-29 tahun – 1 kasus dalam 1500 kelahiran
hidup
·
30-34 tahun – 1 kasus dalam 800
kelahiran hidup
·
35-39 tahun – 1 kasus dalam 270
kelahiran hidup
·
40-44 tahun – 1 kasus dalam100 kelahiran hidup
·
Lebih 45 tahun – 1 kasus dalam 50 kelahiran
hidup
6. Umur Ayah
Selain itu
ada faktor lain seperti gangguan intragametik, organisasi nukleolus, bahan
kimia dan frekuensi koitus.
C.GEJALA
SINDROM DOWN
Berat badan
waktu lahir dari bayi dengan syndrom down umumnya kurang dari normal.
.1 Anak-anak
yang menderita kelainan ini umumnya lebih pendek dari anak yang umurnya sebaya.
2.
Kepandaiannya lebih rendah dari normal.
3. Lebar
tengkorak kepala pendek, mata sipit dan turun, dagu kecil yang mana lidah
kelihatan menonjol keluar dan tangan lebar dengan jari-jari pendek.
4. Pada
beberapa orang, mempunyai kelaianan jantung bawaan.
5.Penderita
dengan tanda khas sangat mudah dikenali dengan adanya penampilan fisik yang
menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly)
dengan bagian anteroposterior kepala mendatar.
6.Sifat pada
kepala, muka dan leher : Mereka mempunyai paras muka yang hampir sama seperti
muka orang Mongol.
7.Pada bagian
wajah biasanya tampak sela hidung yang datar. Pangkal hidungnya kemek. Jarak
diantara 2 mata jauh dan berlebihan kulit di sudut dalam. Ukuran mulut adalah
kecil dan ukuran lidah yang besar menyebabkan lidah selalu terjulur. Mulut yang
mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia). Pertumbuhan
gigi lambat dan tidak teratur. Paras telinga adalah lebih rendah. Kepala
biasanya lebih kecil dan agak lebar dari bahagian depan ke belakang. Lehernya
agak pendek.
8.Seringkali
mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal
folds) (80%), white Brushfield spots di sekililing lingkaran di
sekitar iris mata (60%), medial epicanthal folds, keratoconus, strabismus, katarak
(2%), dan retinal detachment. Gangguan penglihatan karena adanya perubahan
pada lensa dan kornea
9.Manifestasi
mulut : gangguan m engunyah
menelan dan bicara. scrotal tongue, rahang atas kecil (hypoplasia
maxilla), keterlambatan pertumbuha gigi, hypodontia, juvenile
periodontitis, dan kadang timbul bibir sumbing
10.Hypogenitalism
(penis0, scrotum, dan testes kecil), hypospadia, cryptorchism, dan
keterlambatan perkembangan pubertas
11.Manifestasi
kulit : kulit lembut, kering dan tipis, Xerosis (70%), atopic dermatitis
(50%), palmoplantar hyperkeratosis (40-75%), dan seborrheic dermatitis (31%),
Premature wrinkling of the skin, cutis marmorata, and acrocyanosis, Bacteria
infections, fungal infections (tinea), and ectoparasitism (scabies), Elastosis
perforans serpiginosa, Syringomas, Alopecia areata (6-8.9%), Vitiligo, Angular
cheilitis
12.Tanda klinis
pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya
serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar.
13.Sementara
itu lapisan kulit biasanya tampak keriput (dermatoglyphics).
14.Sifat pada
tangan dan lengan : Sifat-sifat yang jelas pada tangan adalah mereka mempunyai
jari-jari yang pendek dan jari kelingking membengkok ke dalam. Tapak tangan
mereka biasanya hanya terdapat satu garisan urat dinamakan “simian crease”.
15.Tampilan kaki
: Kaki agak pendek dan jarak di antara ibu jari kaki dan jari kaki kedua agak
jauh terpisah dan tapak kaki.
16.Tampilan
klinis otot : mempunyai otot yang lemah menyebabkan mereka menjadi
lembik dan menghadapi masalah lewat dalam perkembangan motor kasar.
Masalah-masalah yang berkaitan Kanak-kanak down syndrom mungkin mengalami
masalah kelainan organ-organ dalam terutama sekali jantung dan usus..
.
D.Beberapa
Bentuk Kelainan Pada Anak Dengan Syndrom Down :
1. Sutura
Sagitalis Yang Terpisah
2. Fisura
Palpebralis Yang Miring
3. Jarak
Yang Lebar Antara Kaki
4. Fontarela
Palsu
5. “Plantar
Crease” Jari Kaki I Dan II
6.
Hyperfleksibilitas
7.
Peningkatan Jaringan Sekitar Leher
8. Bentuk
Palatum Yang Abnormal
9. Hidung
Hipoplastik
10.
Kelemahan Otot Dan Hipotonia
11. Bercak
Brushfield Pada Mata
12. Mulut
Terbuka Dan Lidah Terjulur
13. Lekukan
Epikantus (Lekukan Kulit Yang Berbentuk Bundar) Pada Sudut Mata Sebelah Dalam
14. Single
Palmar Crease Pada Tangan Kiri Dan Kanan
15. Jarak
Pupil Yang Lebar
16. Oksiput
Yang Datar
17. Tangan
Dan Kaki Yang Pendek Serta Lebar
18. Bentuk /
Struktur Telinga Yang Abnormal
19. Kelainan
Mata, Tangan, Kaki, Mulut, Sindaktili
20. Mata
Sipit
E.
Patofisiologi
Penyebab
yang spesifik belum diketahiui, tapi kehamilan oleh ibu yang berusia diatas 35
tahun beresiko tinggi memiliki anak syndrom down. Karena diperjirakan terdapat
perubahan hormonal yang dapat menyebabkan “non-disjunction” pada kromosom yaitu
terjadi translokasi kromosom 21 dan 15. Hal ini dapat mempengaruhi pada proses
menua.
F.
Diagnosis SINDROM DOWN
Pada
pemeriksaan radiologi didapatkan “brachyaphalic” sutura dan frontale yang
terlambat menutup. Tulang ileum dan sayapnya melebar disertai sudut asetabular
yang lebar. Pemeriksaan kariotiping untuk mencari adanya translokasi kromosom.
Diagnosis antenatal dengan pemeriksaan cairan amnion atau vili karionik, dapat
dilakukan secepatnya pada kehamilan 3 bulan atau pada ibu yang sebelumnya pernah
melahirkan anak dengan syndrom down. Bila didapatkan janin yang dikandung
menderita sydrom down dapat ditawarkan terminasi kehamilan kepada orang tua.
Pada anak
dengan Sindrom Down mempunyai jumlah kromosom 21 yang berlebih ( 3 kromosom )
di dalam tubuhnya yang kemudian disebut trisomi 21. Adanya kelebihan kromosom
menyebabkan perubahan dalam proses normal yang mengatur embriogenesis. Materi
genetik yang berlebih tersebut terletak pada bagian lengan bawah dari kromosom
21 dan interaksinya dengan fungsi gen lainnya menghasilkan suatu perubahan
homeostasis yang memungkinkan terjadinya penyimpangan perkembangan fisik (
kelainan tulang ), SSP ( penglihatan, pendengaran ) dan kecerdasan yang
terbatas.
G. Pencegahan
1. Konseling
Genetik maupun amniosentesis pada kehamilan yang dicurigai akan sangat membantu
mengurangi angka kejadian Sindrom Down.
2. Dengan
Biologi Molekuler, misalnya dengan “ gene targeting “ atau yang dikenal juga
sebagai “ homologous recombination “ sebuah gen dapat dinonaktifkan
H. Penatalaksanan
1.
Penanganan Secara Medis
a.
Pendengarannya : sekitar 70-80 % anak syndrom down terdapat gangguan
pendengaran dilakukan tes pendengaran oleh THT sejak dini.
b. Penyakit
jantung bawaan
c.
Penglihatan : perlu evaluasi sejak dini.
d. Nutrisi :
akan terjadi gangguan pertumbuhan pada masa bayi / prasekolah.
e. Kelainan
tulang : dislokasi patela, subluksasio pangkal paha / ketidakstabilan
atlantoaksial. Bila keadaan terakhir ini sampai menimbulkan medula spinalis
atau bila anak memegang kepalanya dalam posisi seperti tortikolit, maka perlu
pemeriksaan radiologis untuk memeriksa spina servikalis dan diperlukan
konsultasi neurolugis.
2.
Pendidikan
a.
Intervensi Dini
Program ini
dapat dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberi lingkunga yang
memeadai bagi anak dengan syndrom down, bertujuan untuk latihan motorik kasar
dan halus serta petunjuk agar anak mampu berbahasa. Selain itu agar ankak mampu
mandiri sperti berpakaian, makan, belajar, BAB/BAK, mandi,yang akan memberi
anak kesempatan.
b. Taman
Bermain
Misal dengan
peningkatan ketrampilan motorik kasar dan halus melalui bermain dengan
temannya, karena anak dapat melakukan interaksi sosial dengan temannya.
c.
Pendidikan Khusus (SLB-C)
Anak akan
mendapat perasaan tentang identitas personal, harga diri dan kesenangan. Selain
itu mengasah perkembangan fisik, akademis dan dan kemampuan sosial, bekerja
dengan baik dan menjali hubungan baik.
3.
Penyuluhan Pada Orang Tua
I.FISIOTERAPI
1. Penanganan
fisioterapi menggunakan tahap perkembangan motorik kasar untuk
mencapai manfaat yang maksimal dan menguntungkan untuk tahap perkembangan yang
berkelanjutan. Tujuan dari fisioterapi disini adalah membantu anak mencapai
perkembangan terpenting secara maksimal bagi sang anak, yang berarti bukan
untuk menyembuhkan penyakit down syndromenya. Dan ini harus dikomunikasikan
sejak dari awal antara fisioterapis dengan pengasuhnya supaya tujuan terapi
tercapai.
2. Fisioterapi
pada Down Syndrom adalah membantu anak belajar untuk menggerakkan tubuhnya
dengan cara/gerakan yang tepat (appropriate ways). Misalkan saja hypotonia pada
anak dengan Down Syndrome dapat menyebabkan pasien berjalan dengan cara yang
salah yang dapat mengganggu posturnya, hal ini disebut sebagai kompensasi.
3. Tanpa
fisioterapi sebagian banyak anak dengan Down Syndrome menyesuaikan gerakannya
untuk mengkompensasi otot lemah yang dimilikinya, sehingga selanjutnya akan
timbul nyeri atau salah postur.
4. Tujuan
fisioterapi adalah untuk mengajarkan pada anak gerakan fisik yang tepat. Untuk
itu diperlukan seorang fisioterapis yang ahli dan berpengetahuan dalam masalah
yang sering terjadi pada anak Down syndrome seperti low muscle tone, loose
joint dan perbedaan yang terjadi pada otot-tulangnya.
5. Fisioterapi dapat
dilakuka seminggu sekali untuk terapi, tetapi terlebih dahulu fisioterapi
melakukan pemeriksaan dan menyesuaikan dengan kebutuhan yang dibutuhkan anak
dalam seminggu. Disini peran orangtua sangat diperlukan karena merekalah nanti
yang paling berperan dalam melakukan latihan dirumah selepas diberikannya
terapi. Untuk itu sangat dianjurkan untuk orangtua atau pengasuh mendampingi
anak selama sesi terapi agar mereka mengetahui apa-apa yg harus dilakukan
dirumah.
FISIOTERAPI
YANG DIGUNAKAN :
- Terapi Wicara.
Suatu terapi yang di perlukan untuk anak DS
yang mengalami keterlambatan bicara dan pemahaman kosakata.
Saat ini sudah
banyak sekali jenis-jenis terapi selain di atas yang bisa dimanfaatkan untuk
tumbuh kembang anak DS misalnya Terapi OkupasiTerapi ini diberikan untuk
melatih anak dalam hal kemandirian, kognitif/pemahaman, kemampuan sensorik dan
motoriknya. Kemandirian diberikan kerena pada dasarnya anak DS tergantung pada
orang lain atau bahkan terlalu acuh sehingga beraktifitas tanpa ada komunikasi
dan tidak memperdulikan orang lain. Terapi ini membantu anak
mengembangkan kekuatan dan koordinasi dengan atau tanpa menggunakan alat.
- Terapi Remedial.
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami
gangguan kemampuan akademis dan yang dijadikan acuan terapi ini adalah
bahan-bahan pelajaran dari sekolah biasa
- Terapi Sensori Integrasi
Sensori Integrasi adalah ketidakmampuan
mengolah rangsangan / sensori yang diterima. Terapi ini diberikan bagi anak DS
yang mengalami gangguan integrasi sensori misalnya pengendalian sikap tubuh,
motorik kasar, motorik halus dll. Dengan terapi ini anak diajarkan melakukan
aktivitas dengan terarah sehingga kemampuan otak akan meningkat.
- TerapiTingkahLaku(BehaviourTheraphy)
Mengajarkan anak DS yang sudah berusia lebih besar agar memahami tingkah laku yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan norma-norma dan aturan yang berlaku di masyarakat. - Terapi alternatif.
Penaganan
yang dilakukan oleh orangtua tidak hanya penanganan medis tetapi juga dilakukan
penanganan alternatif. hanya saja terapi jenis ini masih belum pasti manfaatnya
secara akurat karena belum banyak penelitian yang membuktikan manfaatnya, meski
tiap pihak mengklaim dapat menyembuhkan DS. Orang tua harus bijaksana memilih
terapi alternatif ini, jangan terjebak dengan janji bahwa DSpada sang anak akan
bisa hilang karena pada kenyataannya tidaklah mungkin DS bisa hilang. DS
akan terus melekat pada sang anak. Yang bisa orang tua lakukan yaitu
mempersempit jarak perbedaan perkembangan antara anak DSdengan anak yang
normal.
Terapi
alternatif tersebut di antaranya adalah :
1. TerapiAkupuntur
Terapi ini dilakukan dengan cara menusuk titik persarafan pada bagian tubuh tertentu dengan jarum. Titik syaraf yang ditusuk disesuaikan dengan kondisi sang anak.
Terapi ini dilakukan dengan cara menusuk titik persarafan pada bagian tubuh tertentu dengan jarum. Titik syaraf yang ditusuk disesuaikan dengan kondisi sang anak.
2. TerapiMusik
Anak dikenalkan nada, bunyi-bunyian, dll. Anak-anak sangat senang dengan musik maka kegiatan ini akan sangat menyenangkan bagi mereka dengan begitu stimulasi dan daya konsentrasi anak akan meningkat dan mengakibatkan fungsi tubuhnya yang lain juga membaik
Anak dikenalkan nada, bunyi-bunyian, dll. Anak-anak sangat senang dengan musik maka kegiatan ini akan sangat menyenangkan bagi mereka dengan begitu stimulasi dan daya konsentrasi anak akan meningkat dan mengakibatkan fungsi tubuhnya yang lain juga membaik
3. TerapiLumba-Lumba
Terapi ini biasanya dipakai bagi anak Autis tapi hasil yang sangat mengembirakan bagi mereka bisa dicoba untuk anak DOWN SYNDROME. Sel-sel saraf otak yang awalnya tegang akan menjadi relaks ketika mendengar suara lumba-lumba.
Terapi ini biasanya dipakai bagi anak Autis tapi hasil yang sangat mengembirakan bagi mereka bisa dicoba untuk anak DOWN SYNDROME. Sel-sel saraf otak yang awalnya tegang akan menjadi relaks ketika mendengar suara lumba-lumba.
4. Terapi
Craniosacral
Terapi dengan sentuhan tangan dengan tekanan yang ringan pada syaraf pusat. Dengan terapi ini anak DOWN SYNDROME diperbaiki metabolisme tubuhnya sehingga daya tahan tubuh lebih meningkat.
Terapi dengan sentuhan tangan dengan tekanan yang ringan pada syaraf pusat. Dengan terapi ini anak DOWN SYNDROME diperbaiki metabolisme tubuhnya sehingga daya tahan tubuh lebih meningkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar